Pada tanggal 24 Oktober 2025, saya mendapat kesempatan istimewa untuk menjadi narasumber dalam Workshop “Pembelajaran Koding di PAUD” yang diselenggarakan oleh Ikatan NS IN TK. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk mengenalkan konsep koding dan berpikir komputasional kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di seluruh Indonesia.
Pada tanggal 24 Oktober 2025, saya mendapat kesempatan istimewa untuk menjadi narasumber dalam Workshop “Pembelajaran Koding di PAUD” yang diselenggarakan oleh Ikatan NS IN TK. Kegiatan ini merupakan bagian dari upaya bersama untuk mengenalkan konsep koding dan berpikir komputasional kepada guru-guru Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) di seluruh Indonesia.
Workshop ini dilaksanakan secara daring melalui Zoom Meeting dan diikuti oleh ratusan guru dari berbagai wilayah. Bagi saya, ini bukan sekadar kegiatan berbagi ilmu, tetapi juga momentum untuk menginspirasi para pendidik agar lebih percaya diri menghadirkan pembelajaran berbasis teknologi di kelas-kelas PAUD.
Kegiatan diawali dengan sambutan dari Bapak Dian Sugiarta, staf BBGTK Jawa Timur, yang sekaligus menjadi keynote speaker menggantikan Bapak Abu Khaer. Dalam paparannya, beliau menekankan bahwa dunia pendidikan saat ini tidak bisa dilepaskan dari teknologi. Anak-anak kita tumbuh di era digital; maka tugas guru adalah mengawal mereka agar menjadi pencipta, bukan hanya pengguna teknologi.
Beliau juga menegaskan bahwa pembelajaran koding bukan tentang mengajarkan anak menulis kode komputer, melainkan menanamkan cara berpikir logis, sistematis, dan kreatif sejak dini. Pesan tersebut sangat berkesan bagi saya karena sejalan dengan keyakinan pribadi bahwa koding adalah cara berpikir, bukan sekadar aktivitas teknis.
Dalam sesi saya sebagai narasumber, saya mengangkat tema “Pengenalan Koding Berbasis Permainan untuk Anak Usia 4–6 Tahun.” Saya memulai dengan menjelaskan konsep berpikir komputasional, sebuah kemampuan untuk memecahkan masalah dengan langkah-langkah logis, teratur, dan efisien.
Bagi anak usia dini, berpikir komputasional dapat dikembangkan melalui kegiatan sehari-hari. Misalnya, anak diminta menyusun langkah-langkah membuat jus buah, menyusun puzzle sesuai urutan gambar, atau bermain peran sebagai “robot” yang mengikuti instruksi guru. Dari permainan sederhana inilah anak belajar memahami konsep Dekomposisi, Rekognisi Pola, Abstraksi, dan Algoritma yang menjadi dasar dalam pemrograman komputer.
Saya juga memperkenalkan alat bantu pembelajaran digital, seperti Scratch Junior dan GCompris, yang bisa digunakan oleh guru untuk memperkaya kegiatan di kelas. Namun saya menekankan bahwa sebelum menggunakan komputer atau tablet, anak-anak sebaiknya diperkenalkan dulu pada kegiatan unplugged coding — kegiatan tanpa perangkat digital — agar mereka memahami konsep dasar berpikir logis secara alami melalui permainan nyata.
Yang paling saya nikmati dari kegiatan ini adalah interaksi yang hangat dengan para peserta. Guru-guru PAUD terkenal dengan semangat belajar dan rasa ingin tahu yang tinggi. Banyak di antara mereka yang awalnya mengira koding adalah hal yang sulit dan hanya bisa dilakukan oleh orang dengan latar belakang IT. Namun setelah mengikuti sesi ini, mereka mulai menyadari bahwa koding untuk anak usia dini bisa dilakukan dengan cara yang sederhana, kreatif, dan menyenangkan.
Materi Diklat
Koding PAUD by Bagus Sumantri
Acara ini dipandu oleh moderator hebat, Titin Rahayu, S.Pd, yang menjaga alur kegiatan tetap ringan, komunikatif, dan inspiratif. Meskipun kegiatan dilaksanakan secara daring, suasana terasa hidup dan penuh semangat.
Sebagai fasilitator koding, saya merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari gerakan ini. Kegiatan ini bukan sekadar berbagi ilmu, tetapi juga memperluas wawasan saya tentang pentingnya menyiapkan anak-anak kita menghadapi dunia masa depan.
Saya menyadari bahwa koding tidak harus diajarkan dengan komputer sejak awal. Justru dengan pendekatan yang sesuai tahap perkembangan anak (melalui permainan, eksplorasi, dan kreativitas) anak-anak akan belajar lebih bermakna. Guru memiliki peran penting untuk menjadi jembatan antara teknologi dan kemanusiaan.
Melihat antusiasme para peserta, saya semakin yakin bahwa guru PAUD Indonesia memiliki potensi besar untuk beradaptasi dan berinovasi. Dengan bimbingan yang tepat, mereka bisa mengubah paradigma bahwa teknologi bukan ancaman, tetapi alat bantu untuk menciptakan pembelajaran yang menyenangkan dan relevan.
Workshop “Pembelajaran Koding di PAUD” menjadi pengalaman yang tak terlupakan bagi saya. Melalui kegiatan ini, saya belajar bahwa transformasi pendidikan dimulai dari semangat para guru yang mau belajar dan berubah.
Semoga kegiatan seperti ini terus berlanjut dan semakin banyak guru PAUD yang terlibat dalam gerakan literasi digital. Karena pada akhirnya, anak-anak kita layak mendapatkan pembelajaran yang mempersiapkan mereka menjadi generasi kreatif, cerdas, dan siap menghadapi tantangan abad 21.
No comments:
Post a Comment