KODING DAN KECERDASAN ARTIFISIAL FASE D DISPENDIK SURABAYA

Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial bersama Dinas Pendidikan Surabaya

Pada tanggal 27 dan 28 Juni 2025, saya berkesempatan menjadi fasilitator dalam kegiatan Diklat Koding dan Kecerdasan Artifisial bagi guru-guru SMP se-Kota Surabaya. Kegiatan ini diselenggarakan oleh Dinas Pendidikan Kota Surabaya, dan diikuti oleh para guru dari berbagai SMP yang penuh semangat untuk belajar dan beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Diklat ini merupakan bagian dari upaya Dispendik Surabaya untuk memperkuat kompetensi guru, khususnya dalam bidang teknologi dan pembelajaran abad ke-21. Kegiatan dibuka dan ditutup secara resmi oleh Bapak Dedi Prasetiawan, S.Psi., selaku Ketua Tim Kerja Pengawasan dan Pengembangan Karir Guru dan Tenaga Kependidikan Dispendik Surabaya. Dalam sambutannya, beliau menyampaikan bahwa pendidikan masa depan tidak bisa dilepaskan dari pemanfaatan teknologi, dan guru harus menjadi garda terdepan dalam menyiapkan generasi yang melek digital serta bijak dalam menggunakan kecerdasan artifisial.

Hari Pertama: Mengenal Koding dan Literasi Digital dalam Kurikulum Nasional

Pada hari pertama, kami membahas dua topik utama: Mata Pelajaran Koding dan Kecerdasan Artifisial dalam Kurikulum Nasional, serta Literasi Algoritma dan Konten Digital. Saya memulai dengan menjelaskan posisi koding dan KA dalam kerangka kurikulum nasional saat ini, khususnya dalam konteks Kurikulum Merdeka. Banyak guru yang sebelumnya belum tahu bahwa keterampilan koding kini telah menjadi bagian dari mata pelajaran Informatika dan bisa diajarkan secara kontekstual lintas mata pelajaran.

Kami juga membahas berbagai pendekatan yang bisa dilakukan oleh guru dalam mengenalkan konsep algoritma kepada siswa. Tidak melulu harus dengan komputer atau laptop, kegiatan unplugged coding seperti permainan logika, cerita beralur, hingga aktivitas menyusun instruksi harian, bisa digunakan untuk melatih pola pikir komputasional.

Sesi tentang Literasi Konten Digital juga mengundang banyak diskusi. Guru-guru diajak menganalisis berbagai konten digital yang saat ini beredar luas di media sosial dan internet. Kami membedah bersama bagaimana cara mengevaluasi konten, mengenali hoaks, memahami cara kerja algoritma media sosial, dan bagaimana guru dapat membimbing siswa untuk menjadi konsumen dan produsen konten yang bertanggung jawab.



Hari Kedua: Etika AI dan Pemanfaatan Tools AI untuk Komunikasi

Hari kedua diklat dibuka dengan materi tentang Etika dan Risiko Kecerdasan Artifisial. Dalam sesi ini, kami membahas sisi lain dari perkembangan teknologi KA, yakni tantangan etis yang perlu dipahami oleh para guru dan peserta didik. Beberapa isu yang kami angkat antara lain: privasi data, bias algoritma, penyalahgunaan teknologi deepfake, dan dampak sosial dari ketergantungan pada teknologi.

Saya mengajak peserta untuk merenung dan berdiskusi, bahwa teknologi bukan hanya soal kemampuan, tapi juga soal tanggung jawab. Guru bukan hanya mengajarkan "cara menggunakan", tetapi juga "cara berpikir" dan "cara bersikap" dalam menghadapi teknologi. Hal ini menjadi bekal penting untuk menciptakan generasi digital yang tidak hanya cakap, tapi juga bijak.

Materi terakhir yang kami bahas adalah Komunikasi Melalui Tools Kecerdasan Artifisial. Di sesi ini, para peserta diajak mencoba langsung berbagai tools KA yang dapat dimanfaatkan untuk mempercepat dan mempermudah pekerjaan guru, seperti membuat rencana pembelajaran, menyusun soal, bahkan membuat laporan siswa. Kami juga mencoba platform seperti ChatGPT, Copilot, dan tools AI lainnya yang relevan dengan kebutuhan guru sehari-hari.

Kesan saya, guru-guru di Surabaya sangat terbuka terhadap inovasi. Banyak di antara mereka yang langsung mencoba dan bereksperimen dengan tools yang diperkenalkan. Ada juga yang berbagi pengalaman sudah menggunakan AI dalam membuat media ajar, dan ini menjadi inspirasi bagi peserta lainnya.

Refleksi dan Harapan

Dua hari pelatihan ini menjadi bukti bahwa guru-guru kita mampu dan mau berubah. Mereka tidak takut terhadap teknologi, asal diberikan ruang belajar dan pendampingan yang sesuai. Saya pribadi merasa sangat bersyukur bisa menjadi bagian dari proses ini, karena saya percaya, perubahan besar dalam pendidikan selalu dimulai dari guru.

Saya mengapresiasi langkah progresif dari Dinas Pendidikan Kota Surabaya yang telah memfasilitasi kegiatan ini, serta dukungan dari Bapak Dedi Prasetiawan yang hadir langsung membuka dan menutup kegiatan. Kehadiran beliau menjadi penyemangat tersendiri bagi para peserta.

Semoga ke depan, kegiatan serupa bisa terus dilaksanakan secara berkelanjutan. Karena belajar teknologi bukan sekadar mengejar tren, tapi adalah bagian dari upaya menciptakan pendidikan yang relevan dengan masa depan. Mari terus belajar, berbagi, dan bertumbuh bersama! 

Materi Diklat

KKA - FASE D - Dispendik Surabaya by Bagus Sumantri

Comments

Popular posts from this blog

BELAJAR CODING DENGAN SCRATCH

WEB/BLOG DENGAN BLOGGER

OPTIMALISASI KOMUNITAS PLATFORM MERDEKA MENGAJAR